MENU

STOP PRESS

Sabtu, 06 November 2010

CARA membersihkan organ intim WANITA

"Valeri Ananto" (Vagina toilet sendiri) diyakini sebagai salah satu andalan utama dalam membantu upaya pencegahan kanker serviks pada wanita. Dan selanjutnya diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian wanita karena kanker serviks.

"Vagina Toilet Ananto" adalah istilah/nama yang diberikan oleh Dr. Ananto Sidohutomo, MARS. terhadap serangkaian kegiatan berupa standart operasional proscedure bagi upaya membersihkan organ intim pada wanita yang telah aktif secara sexual.

Hal ini merupakan terobosan baru dalam upaya perawatan kesehatan organ intim wanita.

Bila seorang wanita dalam kesehari-hariannya telah mampu melakukan vagina toilet sendiri, maka dianjurkan setahun sekali tetap melakukan vaginal toilet ke dokter terlatih untuk memastikan kebersihannya sekalian melakukan pemeriksaan Pap-smear.



Keuntungan :

1. Organ intim senantiasa bersih dari kotoran dan penyakit.

2. Kepekaan organ intim akan meningkat.

3. Menimbulkan suasana ph netral sejenak.

4. Bermanfaat membantu pengobatan bagi beberapa kasus penyakit



Persiapan diri :

1. Tidak sedang haid.

2. Jari tangan bersih.

3. Kuku di jemari tangan pendek dan tidak tajam.

4. Bila sedang sakit, konsultasi ke dokter.



Persiapan sarana :

1. Kamar mandi

2. Air bersih (dianjurkan air kemasan)

3. Handuk bersih



Teknik pelaksanaan :

1. Membersihkan tangan dengan sabun.

2. Posisi tubuh relaks/santai dengan pilihan sebagai berikut :

a) Duduk relaks/santai di closet duduk seperti ketika akan buang air besar.

b) Berdiri relaks/santai dengan satu kaki ditumpu di atas closet duduk dan satu kaki dilantai kamar mandi

c) Posisi relaks/santai lain sesuai yang diinginkan.

3. Membersihkan dengan mengguyur area labium mayus, labium minus dengan air bersih mengalir(bila diperlukan boleh menggunakan sabun)

4. Dengan jari telunjuk dan jari manis meregangkan dan membuka labium mayus dan minus sampai ketemu liang vagina.

5. Membersihkandan mengguyur liang vagina dengan air bersih mengalir (tidak boleh menggunakansabun).

6. Meletakkan jari tengah dengan lembut di liang vagina.

7. Saat liang vagina telah relaks, jari tengah dengan sangat lembut dimasukkan kedalam vagina sampai berhasil menyentuh serviks.

8. Lakukan pembersihan dengan menelusuri seluruh serviks dan seluruh forniks serta seluruh dinding vagina dengan gerakan melingkar dan mengusap lembut sambil mengarahkan jari tengah keluar vagina.

9. Tanpa mengeluarkan seluruh jari tengah, bilas jari tengah yang kotor dan berlendir dengan air bersih mengalir (dapat dibantu dengan ibu jari).

10. Bila jari tengah telah bersih, masukkan lagi ke liang vagina sampai menyentuh serviks dan lakukan pembersihan seperti ad 8. dan 9. demikian seterusnya.

11. Pembersihan dilakukan sampai tidak lagi terdapat kotoran diseluruh bagian dari organ intim atau jari tengah telah merasakan "kesat".

12. Keluarkan jari tengah dengan lembut dari vagina, bersihkan jari tengah, tangan dan labium mayus dengan menggunakan sabun dan air bersih.

Setelah itu keringkan dengan handuk bersih dengan cara menempelkan dan menekan dan tidak usah diusap-usapkan.



Tips :

1. Lakukan kapanpun dan dimanapun diinginkan.

2. Utamakan setelah melakukan hubungan intim.

3. Rutin lakukan setelah 2-3 hari "bersih" dari menstruasi.

4. Minimal lakukan rutin seminggu sekali kala tidak sedang haid.

5. Bila menemukan kelainan segera hubungi dokter.

CARA MENJAGA KELEMBABAN VAGINA

CARA UNTUK MENJAGA KELEMBABAN VAGINA DENGAN BENAR

Kadang tidak disadari bahwa kebiasaan yang sering Anda lakukan ternyata menjadi pemicu munculnya kanker dalam rahim Anda. Tentu ini bukan sepenuhnya salah Anda, mungkin saja karena ketidaktahuan Anda. Salah satu kebiasaan yang sering dilakukan para wanita misalnya saja karena ingin selalu higienis kerapkali mencuci vagina Anda dengan antiseptik, padahal tanpa indikasi dan saran dari dokter. Atau Anda kerapkali menaburkan bedak bubuk pada vagina, yang juga masuk dalam kategori kebiasaan yang memicu munculnya kanker rahim.

Dr. Nasdaldy, SpOG, dalam sebuah seminar di RS Dharmais mengatakan bahwa sangat penting mengutamakan pencegahan karena otomatis akan mencegah terpaparnya substansi yang menyebabkan kanker itu tumbuh dan menyebar. Pencegahan awal bisa dengan menghindari tindakan yang memicu atau memeriksakan diri jika sudah ada gejala-gejala sakit atau nyeri di sekitar perut dan rahim.


1. Pembersihan vagina

Berbagai merk antiseptik pembersih vagina beredar di pasaran dengan slogan iklan yang sangat menggoda. Padahal bahan kimia pada antiseptik pencuci vagina ataupun deodorant menimbulkan iritasi pada serviks. Seringnya para wanita tergoda oleh label obat pencuci yang katanya mampu membasmi kuman pada vagina, padahal dalam vagina itu ada kuman bernama Basillus doderlain, penghasil asam laktat yang memang fungsinya menjaga pH (kelembaban) vagina. Jika kuman itu musnah maka kelembaban tidak terjaga yang justru akan mengundang lebih banyak kuman datang. Jangan sepelekan Iritasi berkepanjangan karena menyebabkan perubahan sel yang akhirnya menimbulkan kanker. Kecuali jika Anda mendapatkan indikasi dan saran dari dokter kandungan untuk mengunakan obat antiseptik.

Jangan merutinkan penggunaan cairan pencuci (douche )vagina, deodorant vagina atau menyabuni daerah kemaluan sehingga mengganggu kelembabannya.



2. Jangan menaburi bedak bubuk pada vagina

Segar akan selalu membawa efek nyaman bagi kita. Begitu juga jika Anda memang selalu ingin menjaga vagina Anda segar, biasanya suka menaburinya dengan bedak untuk efek segar dan wangi. Namun ternyata disamping kesegaran yang diinginkan ada kemungkinan terkena kanker ovarium (indung telur). Proses ovulasi yang selalu pasti menimbulkan luka di ovarium, akan mengalami infeksi jika ada satu butir saja bedak talk yang menempel ke luka tersebut. Dapat dipastikan infeksi itu lambat laun akan berkembang menjadi kanker pada indung telur Anda.

3. Jangan mendiagnosa diri anda sendiri : penggunaan antijamur, antibiotik secara berulang-ulang dapat merusak vulva dan vagina jika anda sebenarnya tidak menderita infeksi jamur/ infeksi jamur yang resisten.

4. jangan gunakan pantyliner : meskipun pantyliners dapat menyerap kelembaban dan melindungi celana dalam, namun juga menghambat peredaran udara sehingga menjadi semakin lembab dan bakteri terjebak pada pembalut. Dengan menggunakan produk ini anda menyia-nyiakan uang anda dan menyakiti tubuh anda sendiri.

5. Jangan memakai celana dalam yang terbuat dari bahan sintetis : sebaiknya celana dalam anda terbuat dari bahan 100% katun sehingga kondisi tidak lembab dan udara tetap dapat masuk.

6. Hindari penggunaan celana panjang yang ketat dan tebal seperti jeans terus-menerus, karena dapat mengganggu peredaran darah, sehingga menimbulkan sekret berlebihan

7. Gunakan pakaian sesedikit mungkin : semakin banyak lapisan yang menutupi vulva, maka akan lebih sulit untuk mengeluarkan kelembaban dan panas dari tubuh kita. Bahan-bahan pakaian yang tebal seperti denim akan mengurung lebih banyak kelembaban dan panas. Sebaiknya gunakan pakaian yang longgar terutama saat di rumah / tidur.

8. Jangan menggunakan pakaian yang basah seperti pakaian renang dan pakaian OR. Setelah berenang / berolahraga, segera ganti baju anda. Karena dalam kondisi yang sangat lembab tersebut, anda akan lebih mudah terinfeksi dan mengalami iritasi.

Kanker serviks

Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada area leher rahim yaitu bagian rahim yang menghubungkan rahim bagian atas dengan vagina. Usia rata-rata kejadian kanker leher rahim adalah 52 tahun, dan distribusi kasus mencapai puncak 2 kali, yaitu pada usia 35-39 tahun dan 60 – 64 tahun.

Kanker leher rahim dapat dicegah karena :
Memiliki masa preinvasif (sebelum menjadi keganasan) yang lama
Pemeriksaan dini sitologi (sel) untuk mendeteksi kanker leher rahim sudah tersedia
Terapi lesi preinvasif (bibit keganasan) cukup efektif


















Lokasi Kanker Servik

Penyebab

Telah diketahui secara pasti bahwa penyebabnya adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV). HPV merupakan virus yang menyebar melalui kontak dari kulit ke kulit

 Tanda dan Gejala

Gejala paling umum dari kanker leher rahim adalah perdarahan abnormal dari vagina atau flek (bercak) vagina. Perdarahan abnormal ini terutama terjadi setelah berhubungan seksual,  namun dapat muncul juga perdarahan diantara 2 siklus menstruasi, menoragia, atau bercak / perdarahan postmenopause. Bila perdarahan berlangsung dalam jangka waktu lama maka pasien dapat mengeluh lelah dan lemas karena anemia yang dialaminya.  Bercak kekuningan yang encer diikuti dengan bau amis dapat merupakan tanda-tanda keganasan. Gejala biasanya baru muncul ketika sel yang abnormal berubah menjadi keganasan dan menyusup ke jaringan sekitarnya.

Pada stadium lanjut, pasien dapat mengeluh bercak vagina yang berbau, penurunan berat badan, dan obstruksi (sumbatan) dalam berkemih.  Apabila kanker sudah menyebar ke panggul maka nyeri punggung dapat terjadi diikuti dengan hambatan dalam berkemih serta hidronefrosis (pembesaran ginjal).  Gejala kandung kemih maupun rektum (hematuri <kencing berdarah>, hematoschezia < BAB berdarah>, fistula) dapat berhubungan dengan penyebaran ke kandung kemih serta rektum pada tumor invasif.

Untuk menjadi kanker serviks dibutuhkan waktu sampai belasan tahun. Lesi (luka atau tanda) dini pada kanker leher rahim dapat berupa lesi indurasi (keras) ataupun ulserasi (luka bernanah), atau daerah yang sedikit elevasi (meninggi) dan bergranul yang mudah berdarah bila disentuh.

Faktor risiko

faktor sosioekonomi

Pada ras Afrika-Amerika kejadian kanker leher rahim meningkat sebanyak 2 kali dari Amerika Hispanik. Sedangkan untuk ras Asia-amerika memiliki angka kejadian yang sama dengan warga Amerika. Hal ini berkaitan dengan faktor sosioekonomi
Faktor seksual dan reproduksi
Hubungan seksual pertama kali sebelum usia 16 tahun berkaitan dengan peningkatan risiko kanker leher rahim 2 kali dibandingkan wanita yang melakukan hubungan seksual setelah usia 20 tahun. Kanker leher rahim juga berkaitan dengan jumlah partner seksual. Semakin banyak partner seksual maka semakin meningkat risiko kanker leher rahim. Peningkatan paritas (jumlah kehamilan) juga merupakan faktor risiko kanker leher rahim
Merokok

Merokok merupakan penyebab penting terjadinya kanker leher rahim jenis karsinoma sel skuamosa. Faktor risiko meningkat 2 kali dengan risiko tertinggi didapatkan pada orang yang merokok dalam jangka waktu lama dengan intensitas yang tinggi (jumlah yang banyak)
Kontrasepsi
Penggunaan kontrasepsi pil dalam jangka waktu lama (5 tahun atau lebih) meningkatkan risiko kanker leher rahim sebanyak 2 kali. Penggunaan metode kontrasepsi barrier (penghalang), terutama yang menggunakan kombinasi mekanik dan hormon memperlihatkan penurunan angka kejadian kanker leher rahim yang diperkirakan karena penurunan paparan terhadap agen penyebab infeksi
Kondisi imunosupresi (penurunan kekebalan tubuh)

Pada wanita imunokompromise  (penurunan kekebalan tubuh) seperti transplantasi ginjal dan HIV, dapat mengakselerasi (mempercepat) pertumbuhan sel kanker dari noninvasif menjadi invasif (tidak ganas menjadi ganas)
Infeksi HPV (Human Papilloma Virus)

Penelitian epidemiologi memperlihatkan bahwa infeksi HPV terdeteksi menggunakan penelitian molekular pada 99,7% wanita dengan karsinoma sel skuamosa karena infeksi HPV adalah penyebab mutasi neoplasma (perubahan sel normal menjadi sel ganas). Terdapat 138 strain HPV yang sudah diidentifikasi, 30 diantaranya dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Dari sekian tipe HPV yang menyerang anogenital (dubur dan alat kelamin), ada 4 tipe HPV yang biasa menyebabkan masalah di manusia seperti 2 subtipe HPV dengan risiko tinggi keganasan yaitu tipe 16 dan 18 yang ditemukan pada 70% kanker leher rahim serta HPV tipe 6 dan 11, yang menyebabkan 90% kasus genital warts (kutil kelamin)

Perjalanan Infeksi HPV


Penyebaran penyakit
Kanker leher rahim dapat menyebar ke berbagai macam organ. Diantaranya ke kelenjar getah bening, vagina, kandung kemih, rektum, endometrium (selaput dinding rahim), dan ovarium (indung telur). Masing-masing memberikan gejala yang berbeda-beda. Penyebaran kanker leher rahim pada umumnya melalui peredaran kelenjar getah bening, penyebaran melalui peredaran darah jarang terjadi.

Stadium

International of Gynecology and Obstetrics (FIGO) staging system digunakan untuk evaluasi dan diagnosis dari kanker leher rahim berdasarkan gejala yang terjadi.

Stadium berdasarkan FIGO :

Stadium I. Kanker leher rahim hanya terdapat pada daerah leher rahim (serviks)
Stadium IA. Kanker invasive didiagnosis melalui mikroskopik (menggunakan mikroskop), dengan penyebaran sel tumor mencapai lapisan stroma tidak lebih dari kedalaman 5 mm dan lebar 7 mm
Stadium IA1. Invasi lapisan stroma sedalam 3 mm atau kurang dengan lebar 7 mm atau kurang
Stadim IA2. Invasi stroma antara 3- 5 mm dalamnya dan dengan lebar 7 mm atau kurang
Stadium IB. tumor yang terlihat hanya terdapat pada leher rahim atau dengan pemeriksaan mikroskop lebih dalam dari 5 mm dengan lebar 7 mm
Stadium IB1. Tumor yang terlihat sepanjang 4 cm atau kurang
Stadium IB2. Tumor yang terlihat lebih panjang dari 4 cm
Stadium II. Kanker meluas keluar dari leher rahim namun tidak mencapai dinding panggul. Penyebaran melibatkan vagina 2/3 bagian atas.
Stadium IIA. Kanker tidak melibatkan jaringan penyambung (parametrium) sekitar rahim, namun melibatkan 2/3 bagian atas vagina
Stadium IIB. Kanker melibatkan parametrium namun tidak melibatkan dinding samping panggul
Stadium III. Kanker meluas sampai ke dinding samping panggul dan melibatkan 1/3 vagina bagian bawah. Stadium III mencakup kanker yang menghambat proses berkemih sehingga menyebabkan timbunan air seni di ginjal dan berakibat gangguan ginjal
Stadium IIIA. Kanker melibatkan 1/3 bagian bawah vagina namun tidak meluas sampai dinding panggul
Stadium IIIB. Kanker meluas sampai dinding samping vagina yang menyebabkan gangguan berkemih sehingga berakibat gangguan ginjal
Stadium IV. Tumor menyebar sampai ke kandung kemih atau rectum, atau meluas melampaui panggul
Stadium IVA. Kanker menyebar ke kandung kemih atau rectum
Stadium IVB. Kanker menyebar ke organ yang jauh

Diagnosa
Pemeriksaan yang diperlukan adalah pemeriksaan radiologi dada, ginjal, dan tulang, serta biopsi.

















Biopsi kerucut pada servik
 
Terapi
Operasi dan terapi radiasi adalah penanganan kanker leher rahim invasif. Pada umumnya, operasi terbatas pada pasien dengan stadium I dan IIA, sementara radiasi dapat dilakukan pada semua stadium dari penyakit. Kemoterapi merupakan penanganan pada pasien dengan stadium IVB atau mereka dengan kanker yang rekuren (sering kambuh) yang tidak dapat dilakukan terapi radiasi maupun operasi. Masing-masing stadium memiliki pilihan terapi utama yang dilakukan.


Deteksi dini 
  Melakukan pemeriksaan skrining secara teratur 1 tahun sekali untuk mengetahui lesi prekanker.

Pencegahan
 Kanker serviks bukanlah penyakit yang terjadi secara tiba-tiba. Pada serviks terjadi perubahan bentuk dan perangai sel-sel yang tampak sebagai lesi prakanker serviks. Perjalanan penyakit sejak infeksi HPV hingga terjadi kanker serviks mencapai 3-20 tahun! Sehingga sesungguhnya rentang waktu yang tersedia cukup panjang untuk mengamati perubahan serviks dan mencegah agar jangan sampai terjadi kanker serviks.

Menghindari faktor risiko diatas.
Skrining


Pemeriksaan secara berkala bagi  terutama wanita  yang memiliki faktor risiko menggunakan Pap smear adalah cara yang efektif untuk mendeteksi dini kanker leher rahim dan penanganan lebih awal . Selain pap smear, metode lain adalah inspeksi visual dengan asam asetat (VIA) atau dengan Lugol’s Iodine (VILI) serta HPV-hybrid capture. Tes tersebut mudah dilakukan dan memiliki hasil yang efektif. 
Skrining dilakukan 3 tahun setelah aktif secara seksual dan diulangi setiap tahunnya.

Pemeriksaan Pap smear dilakukan pada saat setelah menstruasi selesai. Dilakukan dengan mengambil sel yang telah terlepas dari serviks menggunakan alat khusus pada saat pemeriksaan dalam oleh tenaga medis





















 Alat PAP Smear




Pemeriksaan PAP smear

Kemudian bahan pemeriksaan dilakukan pewarnaan dan diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui adanya kelainan pada serviks. Pemeriksaan Pap smear tidak menimbulkan rasa sakit dan dilakukan dalam waktu singkat.



















Sitologi servik


Bila tidak ada kelainan, biasanya pemeriksaan diulang sedikitnya setahun sekali. Namun bila ditemukan kelainan, sebaiknya dilakukan pemeriksaan lanjutan oleh dokter kandungan. Dokter akan melakukan konfirmasi menggunakan alat pembesaran yang dinamakan kolposkopi. Apabila diperlukan dokter akan melakukan tindakan pengobatan dengan pendinginan (cryotherapy) atau pembedahan pada serviks.

Pemeriksaan lain selain Pap smear sebagai pencegahan sekunder antara lain: thin prep, papnet,  inspeksi visual asam asetat (IVA), servikografi dan kolposkopi.

Jadi, dengan pemeriksaan rutin, kanker serviks bisa dideteksi sejak dini. Deteksi dini membuat kanker lebih mudah diatasi dengan kemungkinan sembuh lebih besar.
Vaksinasi 

Vaksin HPV saat ini sudah digunakan untuk mencegah kanker leher rahim dan kutil kelamin karena HPV. Vaksin tersebut bekerja dengan cara melindungi dari 4 tipe HPV yang paling sering menyebabkan penyakit, yaitu tipe 6, 11, 16, dan 18, tipe yang menyebabkan 70% kanker leher rahim dan 90% kutil kelamin. Vaksin tersebut dikeluarkan oleh U.S.Foods and Drugs Administration (FDA) pada tahun 2006 dan sudah dinyatakan aman untuk wanita berusia 9 – 26 tahun.

Vaksin diberikan dalam 3 dosis dalam periode 6 bulan yaitu pemberian awal, 2, dan 6 bulan berikutnya.   Keefektifan vaksin HPV menurut penelitian diperkirakan selama 5 tahun

Sebaiknya vaksin diberikan sebelum kontak seksual pertama atau sebelum wanita terekspos dengan HPV. Hal ini disebabkan karena vaksin mencegah penyakit pada wanita yang belum terkena satu atau beberapa tipe HPV yang dapat dilindungi oleh vaksin. Vaksin ini tidak bekerja terlalu efektif pada wanita yang sudah memiliki virus HPV di dalam tubuhnya sebelum menerima vaksin. 

Vaksin ini belum direkomendasikan pada wanita hamil karena masih sedikit informasi mengenai keamananya pada wanita hamil. Vaksin HPV ini hanya bersifat melindungi dari paparan yang belum terjadi, dan bukan untuk mengobati. Skrining tetap diperlukan setelah memperoleh vaksin HPV karena vaksin tidak melindungi untuk semua tipe HPV.