MENU

STOP PRESS

Sabtu, 06 November 2010

CARA membersihkan organ intim WANITA

"Valeri Ananto" (Vagina toilet sendiri) diyakini sebagai salah satu andalan utama dalam membantu upaya pencegahan kanker serviks pada wanita. Dan selanjutnya diharapkan dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian wanita karena kanker serviks.

"Vagina Toilet Ananto" adalah istilah/nama yang diberikan oleh Dr. Ananto Sidohutomo, MARS. terhadap serangkaian kegiatan berupa standart operasional proscedure bagi upaya membersihkan organ intim pada wanita yang telah aktif secara sexual.

Hal ini merupakan terobosan baru dalam upaya perawatan kesehatan organ intim wanita.

Bila seorang wanita dalam kesehari-hariannya telah mampu melakukan vagina toilet sendiri, maka dianjurkan setahun sekali tetap melakukan vaginal toilet ke dokter terlatih untuk memastikan kebersihannya sekalian melakukan pemeriksaan Pap-smear.



Keuntungan :

1. Organ intim senantiasa bersih dari kotoran dan penyakit.

2. Kepekaan organ intim akan meningkat.

3. Menimbulkan suasana ph netral sejenak.

4. Bermanfaat membantu pengobatan bagi beberapa kasus penyakit



Persiapan diri :

1. Tidak sedang haid.

2. Jari tangan bersih.

3. Kuku di jemari tangan pendek dan tidak tajam.

4. Bila sedang sakit, konsultasi ke dokter.



Persiapan sarana :

1. Kamar mandi

2. Air bersih (dianjurkan air kemasan)

3. Handuk bersih



Teknik pelaksanaan :

1. Membersihkan tangan dengan sabun.

2. Posisi tubuh relaks/santai dengan pilihan sebagai berikut :

a) Duduk relaks/santai di closet duduk seperti ketika akan buang air besar.

b) Berdiri relaks/santai dengan satu kaki ditumpu di atas closet duduk dan satu kaki dilantai kamar mandi

c) Posisi relaks/santai lain sesuai yang diinginkan.

3. Membersihkan dengan mengguyur area labium mayus, labium minus dengan air bersih mengalir(bila diperlukan boleh menggunakan sabun)

4. Dengan jari telunjuk dan jari manis meregangkan dan membuka labium mayus dan minus sampai ketemu liang vagina.

5. Membersihkandan mengguyur liang vagina dengan air bersih mengalir (tidak boleh menggunakansabun).

6. Meletakkan jari tengah dengan lembut di liang vagina.

7. Saat liang vagina telah relaks, jari tengah dengan sangat lembut dimasukkan kedalam vagina sampai berhasil menyentuh serviks.

8. Lakukan pembersihan dengan menelusuri seluruh serviks dan seluruh forniks serta seluruh dinding vagina dengan gerakan melingkar dan mengusap lembut sambil mengarahkan jari tengah keluar vagina.

9. Tanpa mengeluarkan seluruh jari tengah, bilas jari tengah yang kotor dan berlendir dengan air bersih mengalir (dapat dibantu dengan ibu jari).

10. Bila jari tengah telah bersih, masukkan lagi ke liang vagina sampai menyentuh serviks dan lakukan pembersihan seperti ad 8. dan 9. demikian seterusnya.

11. Pembersihan dilakukan sampai tidak lagi terdapat kotoran diseluruh bagian dari organ intim atau jari tengah telah merasakan "kesat".

12. Keluarkan jari tengah dengan lembut dari vagina, bersihkan jari tengah, tangan dan labium mayus dengan menggunakan sabun dan air bersih.

Setelah itu keringkan dengan handuk bersih dengan cara menempelkan dan menekan dan tidak usah diusap-usapkan.



Tips :

1. Lakukan kapanpun dan dimanapun diinginkan.

2. Utamakan setelah melakukan hubungan intim.

3. Rutin lakukan setelah 2-3 hari "bersih" dari menstruasi.

4. Minimal lakukan rutin seminggu sekali kala tidak sedang haid.

5. Bila menemukan kelainan segera hubungi dokter.

CARA MENJAGA KELEMBABAN VAGINA

CARA UNTUK MENJAGA KELEMBABAN VAGINA DENGAN BENAR

Kadang tidak disadari bahwa kebiasaan yang sering Anda lakukan ternyata menjadi pemicu munculnya kanker dalam rahim Anda. Tentu ini bukan sepenuhnya salah Anda, mungkin saja karena ketidaktahuan Anda. Salah satu kebiasaan yang sering dilakukan para wanita misalnya saja karena ingin selalu higienis kerapkali mencuci vagina Anda dengan antiseptik, padahal tanpa indikasi dan saran dari dokter. Atau Anda kerapkali menaburkan bedak bubuk pada vagina, yang juga masuk dalam kategori kebiasaan yang memicu munculnya kanker rahim.

Dr. Nasdaldy, SpOG, dalam sebuah seminar di RS Dharmais mengatakan bahwa sangat penting mengutamakan pencegahan karena otomatis akan mencegah terpaparnya substansi yang menyebabkan kanker itu tumbuh dan menyebar. Pencegahan awal bisa dengan menghindari tindakan yang memicu atau memeriksakan diri jika sudah ada gejala-gejala sakit atau nyeri di sekitar perut dan rahim.


1. Pembersihan vagina

Berbagai merk antiseptik pembersih vagina beredar di pasaran dengan slogan iklan yang sangat menggoda. Padahal bahan kimia pada antiseptik pencuci vagina ataupun deodorant menimbulkan iritasi pada serviks. Seringnya para wanita tergoda oleh label obat pencuci yang katanya mampu membasmi kuman pada vagina, padahal dalam vagina itu ada kuman bernama Basillus doderlain, penghasil asam laktat yang memang fungsinya menjaga pH (kelembaban) vagina. Jika kuman itu musnah maka kelembaban tidak terjaga yang justru akan mengundang lebih banyak kuman datang. Jangan sepelekan Iritasi berkepanjangan karena menyebabkan perubahan sel yang akhirnya menimbulkan kanker. Kecuali jika Anda mendapatkan indikasi dan saran dari dokter kandungan untuk mengunakan obat antiseptik.

Jangan merutinkan penggunaan cairan pencuci (douche )vagina, deodorant vagina atau menyabuni daerah kemaluan sehingga mengganggu kelembabannya.



2. Jangan menaburi bedak bubuk pada vagina

Segar akan selalu membawa efek nyaman bagi kita. Begitu juga jika Anda memang selalu ingin menjaga vagina Anda segar, biasanya suka menaburinya dengan bedak untuk efek segar dan wangi. Namun ternyata disamping kesegaran yang diinginkan ada kemungkinan terkena kanker ovarium (indung telur). Proses ovulasi yang selalu pasti menimbulkan luka di ovarium, akan mengalami infeksi jika ada satu butir saja bedak talk yang menempel ke luka tersebut. Dapat dipastikan infeksi itu lambat laun akan berkembang menjadi kanker pada indung telur Anda.

3. Jangan mendiagnosa diri anda sendiri : penggunaan antijamur, antibiotik secara berulang-ulang dapat merusak vulva dan vagina jika anda sebenarnya tidak menderita infeksi jamur/ infeksi jamur yang resisten.

4. jangan gunakan pantyliner : meskipun pantyliners dapat menyerap kelembaban dan melindungi celana dalam, namun juga menghambat peredaran udara sehingga menjadi semakin lembab dan bakteri terjebak pada pembalut. Dengan menggunakan produk ini anda menyia-nyiakan uang anda dan menyakiti tubuh anda sendiri.

5. Jangan memakai celana dalam yang terbuat dari bahan sintetis : sebaiknya celana dalam anda terbuat dari bahan 100% katun sehingga kondisi tidak lembab dan udara tetap dapat masuk.

6. Hindari penggunaan celana panjang yang ketat dan tebal seperti jeans terus-menerus, karena dapat mengganggu peredaran darah, sehingga menimbulkan sekret berlebihan

7. Gunakan pakaian sesedikit mungkin : semakin banyak lapisan yang menutupi vulva, maka akan lebih sulit untuk mengeluarkan kelembaban dan panas dari tubuh kita. Bahan-bahan pakaian yang tebal seperti denim akan mengurung lebih banyak kelembaban dan panas. Sebaiknya gunakan pakaian yang longgar terutama saat di rumah / tidur.

8. Jangan menggunakan pakaian yang basah seperti pakaian renang dan pakaian OR. Setelah berenang / berolahraga, segera ganti baju anda. Karena dalam kondisi yang sangat lembab tersebut, anda akan lebih mudah terinfeksi dan mengalami iritasi.

Kanker serviks

Kanker leher rahim adalah kanker yang terjadi pada area leher rahim yaitu bagian rahim yang menghubungkan rahim bagian atas dengan vagina. Usia rata-rata kejadian kanker leher rahim adalah 52 tahun, dan distribusi kasus mencapai puncak 2 kali, yaitu pada usia 35-39 tahun dan 60 – 64 tahun.

Kanker leher rahim dapat dicegah karena :
Memiliki masa preinvasif (sebelum menjadi keganasan) yang lama
Pemeriksaan dini sitologi (sel) untuk mendeteksi kanker leher rahim sudah tersedia
Terapi lesi preinvasif (bibit keganasan) cukup efektif


















Lokasi Kanker Servik

Penyebab

Telah diketahui secara pasti bahwa penyebabnya adalah infeksi Human Papilloma Virus (HPV). HPV merupakan virus yang menyebar melalui kontak dari kulit ke kulit

 Tanda dan Gejala

Gejala paling umum dari kanker leher rahim adalah perdarahan abnormal dari vagina atau flek (bercak) vagina. Perdarahan abnormal ini terutama terjadi setelah berhubungan seksual,  namun dapat muncul juga perdarahan diantara 2 siklus menstruasi, menoragia, atau bercak / perdarahan postmenopause. Bila perdarahan berlangsung dalam jangka waktu lama maka pasien dapat mengeluh lelah dan lemas karena anemia yang dialaminya.  Bercak kekuningan yang encer diikuti dengan bau amis dapat merupakan tanda-tanda keganasan. Gejala biasanya baru muncul ketika sel yang abnormal berubah menjadi keganasan dan menyusup ke jaringan sekitarnya.

Pada stadium lanjut, pasien dapat mengeluh bercak vagina yang berbau, penurunan berat badan, dan obstruksi (sumbatan) dalam berkemih.  Apabila kanker sudah menyebar ke panggul maka nyeri punggung dapat terjadi diikuti dengan hambatan dalam berkemih serta hidronefrosis (pembesaran ginjal).  Gejala kandung kemih maupun rektum (hematuri <kencing berdarah>, hematoschezia < BAB berdarah>, fistula) dapat berhubungan dengan penyebaran ke kandung kemih serta rektum pada tumor invasif.

Untuk menjadi kanker serviks dibutuhkan waktu sampai belasan tahun. Lesi (luka atau tanda) dini pada kanker leher rahim dapat berupa lesi indurasi (keras) ataupun ulserasi (luka bernanah), atau daerah yang sedikit elevasi (meninggi) dan bergranul yang mudah berdarah bila disentuh.

Faktor risiko

faktor sosioekonomi

Pada ras Afrika-Amerika kejadian kanker leher rahim meningkat sebanyak 2 kali dari Amerika Hispanik. Sedangkan untuk ras Asia-amerika memiliki angka kejadian yang sama dengan warga Amerika. Hal ini berkaitan dengan faktor sosioekonomi
Faktor seksual dan reproduksi
Hubungan seksual pertama kali sebelum usia 16 tahun berkaitan dengan peningkatan risiko kanker leher rahim 2 kali dibandingkan wanita yang melakukan hubungan seksual setelah usia 20 tahun. Kanker leher rahim juga berkaitan dengan jumlah partner seksual. Semakin banyak partner seksual maka semakin meningkat risiko kanker leher rahim. Peningkatan paritas (jumlah kehamilan) juga merupakan faktor risiko kanker leher rahim
Merokok

Merokok merupakan penyebab penting terjadinya kanker leher rahim jenis karsinoma sel skuamosa. Faktor risiko meningkat 2 kali dengan risiko tertinggi didapatkan pada orang yang merokok dalam jangka waktu lama dengan intensitas yang tinggi (jumlah yang banyak)
Kontrasepsi
Penggunaan kontrasepsi pil dalam jangka waktu lama (5 tahun atau lebih) meningkatkan risiko kanker leher rahim sebanyak 2 kali. Penggunaan metode kontrasepsi barrier (penghalang), terutama yang menggunakan kombinasi mekanik dan hormon memperlihatkan penurunan angka kejadian kanker leher rahim yang diperkirakan karena penurunan paparan terhadap agen penyebab infeksi
Kondisi imunosupresi (penurunan kekebalan tubuh)

Pada wanita imunokompromise  (penurunan kekebalan tubuh) seperti transplantasi ginjal dan HIV, dapat mengakselerasi (mempercepat) pertumbuhan sel kanker dari noninvasif menjadi invasif (tidak ganas menjadi ganas)
Infeksi HPV (Human Papilloma Virus)

Penelitian epidemiologi memperlihatkan bahwa infeksi HPV terdeteksi menggunakan penelitian molekular pada 99,7% wanita dengan karsinoma sel skuamosa karena infeksi HPV adalah penyebab mutasi neoplasma (perubahan sel normal menjadi sel ganas). Terdapat 138 strain HPV yang sudah diidentifikasi, 30 diantaranya dapat ditularkan melalui hubungan seksual. Dari sekian tipe HPV yang menyerang anogenital (dubur dan alat kelamin), ada 4 tipe HPV yang biasa menyebabkan masalah di manusia seperti 2 subtipe HPV dengan risiko tinggi keganasan yaitu tipe 16 dan 18 yang ditemukan pada 70% kanker leher rahim serta HPV tipe 6 dan 11, yang menyebabkan 90% kasus genital warts (kutil kelamin)

Perjalanan Infeksi HPV


Penyebaran penyakit
Kanker leher rahim dapat menyebar ke berbagai macam organ. Diantaranya ke kelenjar getah bening, vagina, kandung kemih, rektum, endometrium (selaput dinding rahim), dan ovarium (indung telur). Masing-masing memberikan gejala yang berbeda-beda. Penyebaran kanker leher rahim pada umumnya melalui peredaran kelenjar getah bening, penyebaran melalui peredaran darah jarang terjadi.

Stadium

International of Gynecology and Obstetrics (FIGO) staging system digunakan untuk evaluasi dan diagnosis dari kanker leher rahim berdasarkan gejala yang terjadi.

Stadium berdasarkan FIGO :

Stadium I. Kanker leher rahim hanya terdapat pada daerah leher rahim (serviks)
Stadium IA. Kanker invasive didiagnosis melalui mikroskopik (menggunakan mikroskop), dengan penyebaran sel tumor mencapai lapisan stroma tidak lebih dari kedalaman 5 mm dan lebar 7 mm
Stadium IA1. Invasi lapisan stroma sedalam 3 mm atau kurang dengan lebar 7 mm atau kurang
Stadim IA2. Invasi stroma antara 3- 5 mm dalamnya dan dengan lebar 7 mm atau kurang
Stadium IB. tumor yang terlihat hanya terdapat pada leher rahim atau dengan pemeriksaan mikroskop lebih dalam dari 5 mm dengan lebar 7 mm
Stadium IB1. Tumor yang terlihat sepanjang 4 cm atau kurang
Stadium IB2. Tumor yang terlihat lebih panjang dari 4 cm
Stadium II. Kanker meluas keluar dari leher rahim namun tidak mencapai dinding panggul. Penyebaran melibatkan vagina 2/3 bagian atas.
Stadium IIA. Kanker tidak melibatkan jaringan penyambung (parametrium) sekitar rahim, namun melibatkan 2/3 bagian atas vagina
Stadium IIB. Kanker melibatkan parametrium namun tidak melibatkan dinding samping panggul
Stadium III. Kanker meluas sampai ke dinding samping panggul dan melibatkan 1/3 vagina bagian bawah. Stadium III mencakup kanker yang menghambat proses berkemih sehingga menyebabkan timbunan air seni di ginjal dan berakibat gangguan ginjal
Stadium IIIA. Kanker melibatkan 1/3 bagian bawah vagina namun tidak meluas sampai dinding panggul
Stadium IIIB. Kanker meluas sampai dinding samping vagina yang menyebabkan gangguan berkemih sehingga berakibat gangguan ginjal
Stadium IV. Tumor menyebar sampai ke kandung kemih atau rectum, atau meluas melampaui panggul
Stadium IVA. Kanker menyebar ke kandung kemih atau rectum
Stadium IVB. Kanker menyebar ke organ yang jauh

Diagnosa
Pemeriksaan yang diperlukan adalah pemeriksaan radiologi dada, ginjal, dan tulang, serta biopsi.

















Biopsi kerucut pada servik
 
Terapi
Operasi dan terapi radiasi adalah penanganan kanker leher rahim invasif. Pada umumnya, operasi terbatas pada pasien dengan stadium I dan IIA, sementara radiasi dapat dilakukan pada semua stadium dari penyakit. Kemoterapi merupakan penanganan pada pasien dengan stadium IVB atau mereka dengan kanker yang rekuren (sering kambuh) yang tidak dapat dilakukan terapi radiasi maupun operasi. Masing-masing stadium memiliki pilihan terapi utama yang dilakukan.


Deteksi dini 
  Melakukan pemeriksaan skrining secara teratur 1 tahun sekali untuk mengetahui lesi prekanker.

Pencegahan
 Kanker serviks bukanlah penyakit yang terjadi secara tiba-tiba. Pada serviks terjadi perubahan bentuk dan perangai sel-sel yang tampak sebagai lesi prakanker serviks. Perjalanan penyakit sejak infeksi HPV hingga terjadi kanker serviks mencapai 3-20 tahun! Sehingga sesungguhnya rentang waktu yang tersedia cukup panjang untuk mengamati perubahan serviks dan mencegah agar jangan sampai terjadi kanker serviks.

Menghindari faktor risiko diatas.
Skrining


Pemeriksaan secara berkala bagi  terutama wanita  yang memiliki faktor risiko menggunakan Pap smear adalah cara yang efektif untuk mendeteksi dini kanker leher rahim dan penanganan lebih awal . Selain pap smear, metode lain adalah inspeksi visual dengan asam asetat (VIA) atau dengan Lugol’s Iodine (VILI) serta HPV-hybrid capture. Tes tersebut mudah dilakukan dan memiliki hasil yang efektif. 
Skrining dilakukan 3 tahun setelah aktif secara seksual dan diulangi setiap tahunnya.

Pemeriksaan Pap smear dilakukan pada saat setelah menstruasi selesai. Dilakukan dengan mengambil sel yang telah terlepas dari serviks menggunakan alat khusus pada saat pemeriksaan dalam oleh tenaga medis





















 Alat PAP Smear




Pemeriksaan PAP smear

Kemudian bahan pemeriksaan dilakukan pewarnaan dan diperiksa dengan mikroskop untuk mengetahui adanya kelainan pada serviks. Pemeriksaan Pap smear tidak menimbulkan rasa sakit dan dilakukan dalam waktu singkat.



















Sitologi servik


Bila tidak ada kelainan, biasanya pemeriksaan diulang sedikitnya setahun sekali. Namun bila ditemukan kelainan, sebaiknya dilakukan pemeriksaan lanjutan oleh dokter kandungan. Dokter akan melakukan konfirmasi menggunakan alat pembesaran yang dinamakan kolposkopi. Apabila diperlukan dokter akan melakukan tindakan pengobatan dengan pendinginan (cryotherapy) atau pembedahan pada serviks.

Pemeriksaan lain selain Pap smear sebagai pencegahan sekunder antara lain: thin prep, papnet,  inspeksi visual asam asetat (IVA), servikografi dan kolposkopi.

Jadi, dengan pemeriksaan rutin, kanker serviks bisa dideteksi sejak dini. Deteksi dini membuat kanker lebih mudah diatasi dengan kemungkinan sembuh lebih besar.
Vaksinasi 

Vaksin HPV saat ini sudah digunakan untuk mencegah kanker leher rahim dan kutil kelamin karena HPV. Vaksin tersebut bekerja dengan cara melindungi dari 4 tipe HPV yang paling sering menyebabkan penyakit, yaitu tipe 6, 11, 16, dan 18, tipe yang menyebabkan 70% kanker leher rahim dan 90% kutil kelamin. Vaksin tersebut dikeluarkan oleh U.S.Foods and Drugs Administration (FDA) pada tahun 2006 dan sudah dinyatakan aman untuk wanita berusia 9 – 26 tahun.

Vaksin diberikan dalam 3 dosis dalam periode 6 bulan yaitu pemberian awal, 2, dan 6 bulan berikutnya.   Keefektifan vaksin HPV menurut penelitian diperkirakan selama 5 tahun

Sebaiknya vaksin diberikan sebelum kontak seksual pertama atau sebelum wanita terekspos dengan HPV. Hal ini disebabkan karena vaksin mencegah penyakit pada wanita yang belum terkena satu atau beberapa tipe HPV yang dapat dilindungi oleh vaksin. Vaksin ini tidak bekerja terlalu efektif pada wanita yang sudah memiliki virus HPV di dalam tubuhnya sebelum menerima vaksin. 

Vaksin ini belum direkomendasikan pada wanita hamil karena masih sedikit informasi mengenai keamananya pada wanita hamil. Vaksin HPV ini hanya bersifat melindungi dari paparan yang belum terjadi, dan bukan untuk mengobati. Skrining tetap diperlukan setelah memperoleh vaksin HPV karena vaksin tidak melindungi untuk semua tipe HPV.

Jumat, 29 Oktober 2010

Pengiriman dan Pengelolaan Jaringan Histopatologik


Pengiriman dan Pengelolaan  Jaringan untuk Diagnosis Penyakit secara Histopatologik
Dicuplik dari : Cermin Dunia Kedokteran, Edisi Khusus No.80, 1992 139

Joko, S. Lukito, H. Soekimin, Delyuzar, T. Kemala Intan
Laboratorium Patologi-Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, Medan

PENDAHULUAN
Minat para klinisi untuk memeriksakan jaringan baik yang diperoleh dengan cara biopsi atau operasi semakin meningkat.Pengelolaan jaringan tersebut umumnya sudah memadai, namunmasih ada jaringan yang pengelolaannya tidak memadai sehingga bahan tersebut tidak sempurna sampai ke laboratorium patologi. Data yang lengkap, pengelolaan jaringan yang baik akan sangat membantu menegakkan diagnosis oleh laboratorium patologi. Informasi yang kurang, sediaan yang tidak adekuat dan pengelolaan jaringan yang tidak baik akan memberikan basil yang kurang sempurna dari Patologi Anatomi. 
Maksud dari tulisan ini mengemukakan beberapa faktor yang perlu menjadi perhatian para klinisi pengelolaan spesimen/sediaan biopsi atau operasi.

  FORMULIR
Formulir permintaan pemeriksaan Patologi-Anatomi berisi identitas penderita yaitu nama, kelamin, umur, serta alamat.
Lokasi jaringan dan cara jaringan diambil misalnya biopsi,operasi, kerokan, insisi, oleh karena lokasi yang berbeda akan membuat interpretasi yang berbeda pula. Kesimpulan dan saran dan Patologi juga akan berbeda apabila bahan tersebut diambil secara biopsi dengan suatu operasi radikal, misalnya mastektomi, atau pengangkatan uterus beserta adnexanya.
Keterangan klinik pemeriksaan penunjang laboratorium, foto, USG, dan diagnosis sementara sangat diperlukan untuk melengkapi data yang akurat sehingga membantu diagnosis patologinya. Misalnya kelainan tulang hendaknya disertai dengan foto rontgen dari tulang tersebut. Untuk menentukan apakah batas sayatan operasi telah bebas dan tumor, hendaknya klinisi membuat tanda-tanda mana bagian atas, bawah, kiri, kanan permukaan atau dasar dari tumor dengan menggunakan sutra, cat gut atau tinta cina. Terutama untuk lambung, usus, mana yang bagian anal dan mana bagian kaudal; ovarium kanan atau kiri.

PENGIRIMAN SPESIMEN
Bahan operasi dan biopsi sebaiknya seluruhnya dikirim ke laboratorium Patologi atau dipilih bagian yang paling representatif. Apabilaklinisi ingin membandingkan diagnosis yang dibuat oleh laboratorium Patologi bersangkutan, klinisi dapat meminta kembali bahan tersebut setelah selesai diperiksa maupun slide mikroskopiknya, baik untuk diperiksakan ke laboratorium lain atau sebagai kenang-kenangan pasien.

Beberapa cara pengiriman :
1)Bahan operasi dari usus, sebaiknya kotorannya dicuci dahulu dan ikatannya dibuka, juga kalau jaringannya banyak mengandung darah oleh karena akan menghalangi bahan fiksasi ke jaringan sehingga jaringan akan cepat lisis.
2)Apabila bahan terlalu besar maka jaringan tersebut harus dipotong lameller dengan jarak 4 -- 5 mm tapi bagian bawahnya tidak sampai lepas agar dapat direkonstruksi kembali.
3)Bila uterus yang dikirim maka pemotongan lameller harus sesuai dengan porosnya.
4)Apabila yang dikirim berupa kista misalnya dari thyroid atau testis, dapat dikeluarkan dahulu isinya dan dicatat cairan yang dibuang mengenai warna, banyak dan konsistensinya.
5)Jaringan yang banyak dan besar sebaiknya bagian bawahnya diganjal dengan kain kasa supaya jaringan tidak melekat dengan dasar botol sehingga fiksasi tidak dapat masuk ke dalam jaringan. Namun apabila tidak mungkin dikirim maka dapat dilakukan beberapa pemotongan sample yang dapat mewakili organ tersebut.
Setelah bahan operasi dimasukkan ke dalam botol (stoples) kaca, atau plastik sebaiknya tutup botol dilak atau ditutup dengan plaster supaya bahan fiksatif tidak tumpah di jalan. Jangan lupa memberikan label yang ditulisi identitas pasien dan nama bahan yang dikirim agar tidak tertukar dengan bahan lain.

FIKSASI
Maksud dan tujuan fiksasi adalah mempertahankan morfologi jaringan atau scl tubuh seperti dalam keadaan hidup; sehingga untuk mencapai maksud tersebut bahan fiksasi harus
dapat:
1) Menghentikan proses enzimatik sel tubuh secepatnya untuk mencegah autolisis; autolisis adalah pengrusakan sel sendiri sesudah terjadi kematian sel, disebabkan oleh kerja enzim yang
terdapat di dalam sel itu sendiri. Autolisis ini dapatdihambatdengan mendinginkan jaringan dalam ternperatur di bawah 0°C atau dalam udara panas lebih dari 57°C, namun dalam suhu kamar akan dipercepat. Selain autolisis, kerusakan jaringan dapat terjadi akibat bakteri, baik disebabkan oleh bakteri yang ada (septikemi) ataupun bakteri komensial.
2)Mengkoagulasi protein jaringan sehingga menjadikan sel insoluble yang mencegah masuk atau keluarnya zat-zat dalam sel.
3)Membuat jaringan mudah diwarnai.
Jaringan harus dimasukkan ke dalam larutan fiksasi secepat mungkin setelah diambil dari tubuh, apalagi bila organ tersebut mudah membusuk misalnya otak, hati, paru, usus dan organ dalam lainnya; jangan ditunggu sampai operasi selesai. Daya penetrasi larutan fiksasi juga terbatas. Formalin akan menembus
jaringan sedalam 2--2,5 cm dalam waktu 24 jam. Sedang jaringan lunak lebih cepat dan lebih dalam penetrasinya. Oleh karena itu bila jaringan cukup besar maka jaringan ini harus dipotong lameller dengan jarak 4--5 cm, tapi bagian bawahnya tidak sampai dipotong lepas agar dapat direkonstruksi kembali.
Banyaknya larutan fiksasi minimal jaringan dapat berenang di dalamnya dan yang ideal jumlah larutan 10 x besar jaringan.

Bahan fiksasi
1) Formaldehid
Formaldehid adalah suatu gas yang larut dalam air. Larutan ini bersifat asam dan tersedia dalam bentuk formaldehid 40% atau formalin, namun dengan konsentrasi ini tidak dapat dipakai untuk fiksasi karena terlalu cepat mengeraskan jaringan. Sebagai larutan fiksasi harus dicampurkan dalam air biasa atau larutan garam fisiologis, dengan perbandingan 1 bagian formalin dengan 9 bagian pelarut menjadi formal saline 10% atau lebih dikenal dengan formalin 10%. Untuk penyimpanan dalam jumlah besar dan waktu yang lama maka formal saline 10% harus diberi garam buffer atau magnesium atau kalsium karbonat supaya tidak terjadi pembentukan endapan asam formik. Formalin mempunyai bau yang tidak enak dan dapat mengiritasim kulit, selaput lendir dan mata. Oleh karena itu dianjurkan memakai sarung tangan dengan udara terbuka waktu kita sedang mengelola materi berformalin.
2) Alkohol
Merupakan larutan dengan daya dehidrasi yang kuat dan menyebabkan pengerasan dan pcngerutan jaringan. Alkohol dapat mengkoagulasi protein dan.presipitasi glukogen dan me-
larutkan lemak. Fungsi alkohol yang utama adalah sebagai bahan fiksasi sediaan sitologi namun dalam keadaan terpaksa dapat digunakan sebagai fiksasi sediaan histopatologi. Hal ini disebabkan daya tembus alkohol yang kurang baik oleh karena jaringan cepat menjadi keras dan mengkerut sehingga sediaan sukar dipulas.

BEBERAPA CARA PENGIRIMAN
1)Fiksasi basah (Wet fixation)
Maksud dari fiksasi basah adalah sediaan segar yang baru saja diperoleh segera dicelupkan ke dalam fiksasi selama 30  - 40 menit. Kemudian dikirim ke laboratorium Patologi-Anatomi serta botol perendamnya. Untuk mengatasi risiko pengiriman yang sulit dengan botol yang berisi cairan yang mungkin tumpah, maka setelah sediaan tersebut difiksasi selama 30 menit, dikeluarkan dari cairan dan dikeringkan di udara kamar. Setelah kering sediaan dapat dimasukkan ke dalam tabung atau di dalam karton yang telah disiapkan. Bahan fiksasi sebaiknya digunakan alkohol yang mudah didapat. Fiksasi yang mula-mula digunakan adalah campuran larut-
an diethylether (ether) dan ethanol ethyl alkohol 95% dalam perbandingan satu banding satu tapi karena ether dapat menimbulkan bahaya dan bau yang merangsang sekarang jarang dipakai. Alkohol (ethanol) 95% selalu tersedia di Puskesmas, R.S. ataupun Praktek swasta, merupakan cairan fiksatif yang ideal. Sedang methanol; isopropanol, propanol dan alkohol denaturasi juga dapat dipakai sebagai alternatif ke dua. Pengerutan metha- nol lebih kecil dibanding dengan ethanol. Oleh karena itu methanol 100% mempunyai pengaruh yang sama seperti ethanol 95%. Isopropanol lebih banyak menyebabkan pengerutan dibandingkan dengan methanol dan ethanol maka dianjurkan isopropanol 80% untuk bahan pengganti ethanol 95%. Alkohol denaturasi adalah campuran ethanol methanol dan isopropanol dan perbandingan 90:5:5 dan dilarutkan sampai 95%.
2) Fiksasi pelapis (coating fixative)
Zat-zat ini adalah campuran dari alkohol basa yang memfiksasi sel-sel dan bahan seperti lilin yang membentuk lapisan pelindung yang tipis di atas sel.
a)Aerosol yang dipakai dengan cara menyemprotkannya pada sediaan. Hair spray dengan kadar alkohol tinggi dan tidak mengandung inolin atau bahan minyak lain dapat digunakan sebagai bahan pengganti, namun hasilnya tidak begitu memuaskan.
b) Liquid basa diteteskan di atas sediaan sesegera mungkin.
Larutan polietilen glikol (carbonat 1540) adalah fiksasi pelapis yang dapat dipersiapkan di laboratorium.
c)Mempersiapkan preparat sitologi yang lain.
1.Dahak (sputum)
Pengambilan sputum yang terbaik apabila malam hari sebelumnya diberikan ekspektoran; pagi hari penderita disuruh tank nafas dalam-dalam kemudian membatukkannya secara kuat plaster supaya bahan fiksatif tidak tumpah di jalan. Jangan lupa memberikan label yang ditulisi identitas pasien dan nama bahan yang dikirim agar tidak tertukar dengan bahan lain.
Apabila diperkirakan dapat diperiksa dengan segera maka sputum tidak perlu difiksasi. Kemudian dipilih sputum yang berdarah atau padat; kalau tidak ada yang kental maka cairan sputum sebagian dihisap airnya dengan kertas absorban dan dihapus ke-objek glass dan difiksasi dengan alkohol 95%.
Apabila jarak laboratorium jauh maka sputum dimasukkan dalam tempat penampung yang sudah diisi terlebih dahulu dengan alkohol 50-70%. Jangan dipergunakan alkohol 95% karena dapat mengakibatkan terjadinya pengerasan jaringan. Sputum tidak perlu dicentrifuge dan pengambilan yang terbaik pada waktu pagi hari selama 3 hari berturut-turut.
2.Smear bronchus cairan pleura dan cairan ascites
Objek glass harus dipersiapkan terlebih dahulu dengan memberikan lapisan albumin (Mayer's albumin) atau putih telur di atas objek glass dan dikeringkan di udara kamar. Cairan yang diperoleh dari bronchoskopi atau bronchial brushing dan bronchial washing kita centrifuge selama 10 menit dengan kecepatan 800 rpm dan endapannya dioleskan ke objek glass yang sudah diberi albumin dan langsung dicelupkan ke dalam alkohol 95%. Apabila laboratorium jauh maka untuk fiksasi cairan ini ditambah dengan 50% ethyl alkohol dalam jumlah yang sama.
3.Smear lambung
Sel-sel dari lambung dan duodenum amat mudah mengalami proses enzimatik yang akan merusak set. Sebelum intubasi dilakukan maka sudah dipersiapkan botol yang mengandung 95% etil alkohol 1/4 sampai 1/3 volume botol. Botol tersebut diletakkan dalam batu es di satu tempat, temperatur yang rendah akan menghalangi proses enzimatik.
4.Smear urine
Untuk pemeriksaan sitologi urine tidak diambil urine pertama pagi hari oleh karena penimbunan garam pada malam hari dapat mengkristal dan merusak sel epitel. Sampel terbaik diper-
oleh mid stream dan setelah dilakukan dehidrasi. Dehidrasi dapat dilakukan dengan pemberian air minum 2
sampai 3 gelas dalam 2 jam, kemudian penderita disuruh lari-lari  atau loncat-loncat di tempat.
Kemudian urine dicentrifuge, sebaiknya ditambahkan 12 Mayer's albumin selama 15 menit, dengan kecepatan 1500 rpm. Apabila laboratorium jauh maka pada urine dapat ditambahkan 50% ethyl alkohol dalam jumlah yang sama.
5.Cairan cerebrospinal
Cairan yang diperoleh secara pinksi sebanyak 23 ml langsung dioleskan di atas objek glass yang sudah diberi albumin.  Apabila laboratorium jauh maka cairan ini dapat difiksasi dengan etil alkohol 50% dalam jumlah yang sama.


KEPUSTAKAAN
1. Drury RAB, Wellington EA. Carlton's Histological Technique. 4th Ed. New York: Oxford Universit

2. Farmer ER, Hodd AF. Pathology of the Skin. Prentice Hall International Inc.1990.
3. Hopps HC. Principle of Pathology, 2nd Ed. New York: Appleton -Century -Croft. 1964.
4. Koss LG. Diagnostic Cytology and its Histopatologic Basic. 3rd Ed. Philadelphia: Lippicott, 1979.
5. Lubis HMDN. Peranan Perawat dalam mempersiapkan sediaan Patologi.Naskah lengkap penataran Perawat. Medan.
6. Tambunan G. Penuntun biopsi aspirasi. Jarum halus, Aspek klinik dan sitologi neoplasma. Jakarta: Penerbit HIPOKRATES, 1990

 

Kamis, 16 September 2010

Topik

Patologi, menurut asal kata-nya, "studi tentang penyakit".    .Patolog adalah spesialis untuk patologi dan dapat bekerja sebagai dokter  di departemen rumah sakit atau sebagai dokter praktek swasta., ahli patologi  terlibat dengan diagnosa penyakit. Patologi juga  terkait dengan ilmu forensik ("Quincy"). Seorang ilmuwan forensik membantu untuk menangani tindak pidana,    Pada jaman dulu patolog menghabiskan sebagian besar waktu bekerja melakukan otopsi (post mortems internal), kini sebagian besar sibuk dengan pemeriksaan mikroskopis.  Ahli patologi memiliki peran   dalam menentukan diagnosa penyakit penderita (orang hidup).
Jaringan dan cairan tubuh, yang diambil dokter  dari seseorang (misalnya kandung empedu, tahi lalat, sampel jaringan dari perut atau usus selama endoskopi), tidak hanya dibuang, tetapi dikirim ke sebuah laboratorium patologi. Bahan yang akan diperiksa  dimasukkan ke dalam larutan fiksasi khusus untuk mempertahankan secara permanen dan untuk mempersiapkan secara optimal proses lebih lanjut. Tergantung pada ukuran sampel jaringan, ahli patologi harus terlebih dahulu membuat penilaian  penampilan eksternal, memilih dan membedah   bagian representatif untuk diagnostik yang sebenarnya.
Dalam rangka untuk memeriksa jaringan mikroskopik, harus dibuat preparat / sediaan tipis dan dicat. Bagian ini memiliki ketebalan maksimum 3 / 1000 mm.  Tergantung pada jenis jaringan, dibutuhkan jantara 4 sampai 16 jam   hingga  siap untuk pemeriksaan mikroskopis.   Spesimen bedah besar (misalnya usus), beberapa bagian dibuat untuk setiap kasus dan   diwarnai dengan cat khusus (misalnya bagian dari tumor,   eksisi margin, kelenjar getah bening, dll),  patologi kemudian memeriksa secara mikroskopik di pembesaran antara 25x dan 100x dan menulis laporan (laporan jenis tumor (seberapa agresif, seberapa besar, seberapa jauh ia telah tumbuh), tentang margin eksisi (dipreparat pada jaringan sehat atau tidak) , tentang metastasis di kelenjar getah bening, sekitar area infiltrasi  ). Atas dasar laporan tersebut dokter yang merawat pasien kemudian dapat menilai penyakit secara tepat dan mungkin melakukan terapi lebih lanjut (kemoterapi?, Radiasi terapi?, Operasi?, atau pengobatan lebih lanjut?). Hal yang sama juga berlaku untuk radang (misalnya Jenis peradangan mukosa lambung apakah perlu diberi antibiotik?  Apakah itu tumor atau peradangan  biasa?)
 
Seorang ahli bedah, dokter kandungan atau urolog mengambil sampel jaringan selama operasi. Dalam rangka  melakukan operasi lebih lanjut dengan benar, ia kadang-kadang membutuhkan diagnosis pada saat operasi. Dalam kasus seperti ini, jaringan dibawa secepat mungkin ke lab. patologi untuk diproses    Dengan tmenggunakan tehnik  khusus (frozen section)  memungkinkan untuk mempersiapkan pewarnaan beku  dan membuat diagnosis dalam waktu 10 menit.
Sebuah tugas penting dari patolog adalah diagnosis dini kanker. Misalnya,  serviks eksternal dibuat oleh gyneacologist dan didiagnosa oleh ahli patologi. Dengan demikian, kanker leher rahim dapat ditemukan pada tahap awal,  dapat dilakukan terapi dan  disembuhkan. Patolog juga melakukan otopsi. Informasi  dari otopsi adalah penting untuk kontrol kualitas dan membantu terapi dokter dengan diagnosa   atau penyakit yang sama. Sebagian besar   standar medis saat ini didasarkan pada evaluasi otopsi. Otopsi (post mortem internal) tidak menunda waktu penguburan, karena otopsi dilakukan ahli, menurut aturan yang tepat dan dengan kesalehan yang sesuai. Wajah, tangan dan kaki tidak tersentuh. Meskipun tidak ada undang-undang di kebanyakan negara yang melarang autopsi, patolog hanya melakukan otopsi  jika ijin diberikan oleh almarhum selama hidupnya atau jika keluarga setuju untuk itu.
 
Kesimpulan:
Patolog memiliki peran penting dalam diagnosa penyakit orang hidup. Seorang pasien dan patolog "nya" tidak melihat satu sama lain. Seorang ahli patologi adalah master di semua bidang kedokteran, kecuali terapi obat. Dia adalah seorang kontak penting bagi dokter di hampir semua bidang-bidang khusus. Khususnya di diagnostik dan terapi penyakit tumor, tidak ada yang berjalan tanpa ahli patologi. patologi ini dapat dibandingkan dengan pengendali lalu lintas udara, yang juga tidak terlihat oleh penumpang, tetapi  melakukan pekerjaan yang sangat diperlukan.

  Bab utama 
      Patology Kardiovaskular
      Patology paru-paru
      Patology yang baru lahir dan bayi
      Patology dari lymphnodes
      Patology dari sumsum tulang
      Patology dari limpa
      Patology dari timus
      Patology ot ginjal